10 Literatur Penting Astronomi (Kategori “Turats”)

06 April 2013

SALAH satu faktor marak dan berkembangnya kajian astronomi di dunia Islam adalah melimpah dan beragamnya khazanah tulis yang dihasilkan. Meski tak dapat diestimasi secara presisi, khazanah astronomi nan melimpah yang dihasilkan para penulis Arab (Islam) merupakan daya tarik bagi para peneliti dan sejarawan kontemporer baik dari kalangan barat maupun timur. Kajian yang telah dan pernah dilakukan pada umumnya mengungkap gagasan-pemikiran serta latar sosio-religius dan intelektual zamannya.
Dalam sejarah dan hierarki peradaban Islam, astronomi merupkan bagian integral yang tak mungkin dipisah dan abaikan. Sejarah mencatat, sangat banyak tokoh-tokoh astronomi yang lahir dan berkontribusi bagi kemajuan dunia sejak kurun abad 3/9 sampai abad 9/15 dengan segenap kreasi, karya dan penemuan. Khazanah tulis –disamping bangunan-bangunan observatorium dan alat-alat astronomi– adalah warisan berharga yang ditinggalkan para astronom muslim yang masih tersisa dan terjaga hingga kini.
Berikut ini adalah 10 literatur penting dalam astronomi mulai dari tingkat uraian ringkas, menengah, sampai penjabaran luas dan komprehensif. Selain itu juga dikemukakan beberapa literatur dengan corak tabel-tabel (zij). Klasifikasi dan pemilihan 10 literatur ini didasari atas tiga alasan: (1) uraian dan isi buku (muhtawa ‘ilmy) menggambarkan tingkatan dimaksud, (2) literatur-literatur ini banyak dikaji dan memengaruhi –khususnya secara historis-filosofis– kajian astronomi kontemporer yang ditandai dengan adanya upaya terjemah, editing (tahkik), kajian isi buku dan kajian pengarang, (3) di zaman sesudah pengarangnya buku-buku ini masih mendapat perhatian berupa penjabaran (syarh), catatan (ta’liq, hasyiah), ringkasan (ikhtishar), modifikasi (tahẓib), dan lain-lain.
Pemilihan 10 literatur dengan klasifikasi ini sekali lagi diakui bersifat ‘subjektif-akademik’ mengingat tidak mewakili keseluruhan literatur astronomi warisan peradaban Islam yang mayoritasnya belum ditelaah. Namun yang pasti 10 judul buku ini adalah literatur penting dalam astronomi yang apabila dikaji dan dielaborasi secara akademik sejatinya memberi dan memiliki urgensi historis, filosofis dan astronomis bagi kajian astronomi kontemporer, dan pada saat yang sama memberi akses bagi maju dan berkembangnya peradaban ilmu sebuah bangsa.

1. “Al-Mulakhkhas fi al-Hai’ah al-Basitah” : Al-Jighminy (w. ± 745/1344)
Mahmud bin Muhammad bin Umar al-Jighminy (w. ± 745/1344), dikenal dengan “Al-Jighminy”. Ia seorang astronom, matematikawan dan dokter. “Al-Mulakhkhas fi al-Hai’ah al-Basitah” adalah buku ringkas memuat pembahasan-pembahasan penting astronomi dan geografi khususnya tentang bola langit (bumi) dan gerak benda-benda langit. Menurut Nillino, buku ini merupakan buku dasar penting dalam astronomi Arab, sementara itu mempelajari buku ini merupakan syarat penting bagi para pelajar astronomi. Komentar (syarh) terpopuler buku ini adalah “Syarh Mulakhkhas fi al-Hai’ah al-Basitah” oleh Qadhi Zadah ar-Rumi (w. 815 H/1412 M). Tahun 1311 H/ 1893 M buku ini tercatat pernah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman.

2. “At-Tażkirah fi ‘Ilm al-Hai’ah” : Nashir al-Din al-Tusi (w. 672/1274)
Muhammad bin Muhammad bin al-Hasan al-Tusi (w. 672/1274), direktur “Observatorium Maraga” (Marshad al-Maragha), Iran. Lebih dikenal dengan “Abu Ja’far” dan “Nashir al-Din al-Tusi”. Teks “At-Tażkirah fi ‘Ilm al-Hai’ah” terhitung sebagai karya terbaik Al-Tusi, dan karya ini sedikit lebih rinci dibanding “Al-Mulakhkhas” karya Al-Jighminy. Buku ini pernah ditahkik oleh Abbas Sulaiman dan diterbitkan oleh “Dar Sa’ad as-Sabbah” Kuwait pada tahun 1993.

3. “Jawami’ ‘Ilm an-Nujum wa al-Harakat as-Samawiyyah” : Al-Farghani (w. 247 H/861 M)
Ahmad bin Muhammad bin Katsir al-Farghani, dikenal “Al-Farghani”. Buku “Jawami’ ‘Ilm an-Nujum wa al-Harakat as-Samawiyyah” ini berisi 30 bab yang mencakup pembahasan (isi) “Almagest” karya Ptolemeus. Hanya saja karya Al-Farghani ini ditulis dengan redaksi simpel dan sederhana. Yahya al-Isybili (w. 602 H/1205 M) dan Gerard of Cremona (w. 587 H/1187 M) keduanya tercatat pernah menerjemahkan buku ini kedalam bahasa Latin. Abdurrahman Badawi dalam karyanya “Mausu’ah al-Musytasyriqin” menyatakan transfer dengan cara dan gaya bahasa yang mudah dan jelas ini menjadikan buku ini tersebar luas di Eropa.

4. “Nihayah al-Idrak fi Dirayah al-Aflak” : Qutb al-Din asy-Syirazy (w. 710 H/1310 M)
Qutb al-Din Mahmud bin Mas’ud bin Muslih asy-Syirazy, dikenal dengan “Qutb al-Din asy-Syirazy”. Astronom, dokter dan filsuf, murid Nashir al-Din al-Tusi. Seperti dikemukakan Sarton, buku ini meliputi kajian multi bahasan: astronomi, bumi, laut, aneka musim, fenomena angin (cuaca), mekanika, dan optika. Buku ini terdiri dari 4 pokok bahasan besar (makalah). Dalam pembahasannya, Asy-Syirazy banyak mengutip Al-Biruni (w. 440 H/1048 M), Al-Tusi (w. 672/1274), Ibn al-Haitam (w. 430 H/1038 M), dan Al-Kharqi.

5. “Al-Qanun al-Mas’udy fi an-Nujum wa al-Hai’ah” : Al-Biruni (w. 440 H/1048 M)
Abu ar-Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni, dikenal dengan “Al-Biruni”. “Al-Qanun al-Mas’udi fi an-Nujum wa al-Hai’ah” terhitung sebagai buku ensiklopedik astronomi pertama dalam peradaban Islam sekaligus buku terlengkap yang membahas semua cabang astronomi pada zamannya. Sementara Nillino menyatakan sebagai buku istimewa yang tidak ada tandingannya (al-kitab an-nafis allaẓi la nazhira lahu). “Al-Qanun al-Mas’udi” terdiri dari 11 makalah dan 143 bab. Buku ini pertama kali dicetak dan terbit di India tahun 1954-1956 oleh “Dairah al-Ma’arif al-‘Utsmaniyah”.

6. “Jami’ al-Mabadi’ wa al-Ghayat fi ‘Ilm al-Miqat” : Al-Marrakusyi (w. ± 680 H/1281 M)
Abu Ali al-Hasan bin Ali bin Umar al-Marrakusyi. Muwaqqit, geografer, dan matematikawan asal Maroko. “Jami’ al-Mabadi’ wa al-Ghayat fi ‘Ilm al-Miqat” adalah karya terbesar Al-Marrakusyi. Menurut penuturan para peneliti dan penulis sejarah, buku ini adalah karya terbaik yang membahas tentang “mikat”. Hajji Khalifah (w. 1068/1657) menuturkan buku ini sebagai yang terbesar yang ditulis pada bidang ini (a’zhamu ma shunnifa fi ha’a al-fann). Terdiri dari 2 jilid dan 4 pokok bahasan: (1) aritmetika (al-hisabiyyat), (2) konstruksi alat-alat astronomi (waḍ’ al-alat), (3) aplikasi penggunan alat-alat astronomi (al-‘amal bi al-alat), (4) beberapa pembahasan (muṫarahat). Jilid pertama buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa Perancis oleh J.J. Sedillot tahun 1834-1835 M. Tahun 2012 buku ini telah diteliti secara akademik dalam bentuk disertasi di “Institut Manuskrip Arab” Kairo.

7. “Az-Zayj as-Shabi’ ” : Al-Battani (w. 317 H/929 M)
Abu Abdillah Muhammad bin Jabir bin Sinan al-Battani. Matematikawan dan astronom abad 4/10, digelari “Ptolemeus Arab”. “Az-Zaij as-Shabi’ ” adalah teks astronomi dengan kategori tabel-tabel (zij), terdiri 57 bab berisi uraian dan table-tabel astronomis. Dalam perkembangannya buku ini mendapat banyak perhatian dari ulama yang datang sesudah Al-Battani, seperti Al-Buzjani, As-Shaghani, As-Shufi, dan Al-Biruni. Bahkan buku ini memberi pengaruh besar pada permulaan kebangkitan Eropa. Buku ini tercatat pernah diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa Latin dan Eropa. Sementara itu Nillino tercatat pernah mengedit dan menerbitkan buku ini di Roma tahun 1899 M.

8. “Az-Zayj as-Sultany” : Ulugh Bek (w. 853 H/1449M)
Muhammad bin Syah Rukh, lebih dikenal dengan “Ulugh Bek”. Menurut para sejarawan dan peneliti, “Az-Zaij as-Sultany” (disebut juga “Zaij Jadid Sultany”) terhitung buku dengan kategori tabel (zij) terbaik dan terinci. Tuqan menuturkan bahwa buku ini populer tidak hanya dikalangan Timur namun juga dikalangan Barat (Eropa). Orientalis Inggris John Greaves (w. 1063 H/ 1652 M) tercatat pernah meneliti dan menerbitkan buku ini pada tahun 1061 H/ 1650 M di London. Tahun 1264 H/ 1847 M buku ini ditransfer (terjemah) kedalam bahasa Perancis.

9. “Az-Zayj al-Hakimy al-Kabir” : Ibn Yunus (w. 399 H/1008 M)
Abu al-Hasan Ali bin Abdurrahman bin Ahmad bin Yunus al-Mashry, dikenal dengan “Ibn Yunus”. Astronom, matematikawan, dan sastrawan asal Mesir. “Az-Zayj al-Hakimy al-Kabir” adalah karya dalam kategori tabel-tabel. Ibn Yunus mulai menyusun tabel-tabelnya ini sejak tahun 380/990 di bukit Mukattam (Kairo) disebuah observatorium yang dibangun oleh raja Fatimiah Al-Hakim bi Amrillah, sebab itu pula tabelnya ini diberi nama demikian. Tabel ini berisi 4 jilid (81 fasal). Seperti penuturan Ibn Khallikan (w. 681/1282), tabel ini berisi catatan astronomis 277 kota. Tabel ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa Perancis oleh Cousin tahun 1219 H/ 1804 M. Di era Abbasiah buku ini menjadi rujukan penting khususnya dalam pengukuran (standardisasi) keliling bumi.

10. “Tuhfah at-Tullab fi al-‘Amal bi al-Usturlab” : Ibn as-Shaffar (w. ± 426 H/1035 M)
Abu al-Qasim Ahmad Abdullah bin Umar bin as-Shaffar al-Andalusy, dikenal dengan “Ibn as-Shaffar”. Matematikawan, enginering, astronom, dan dokter berasal dari kota Kordova, Spanyol. Dari judulnya (Tuhfah at-Tullab fi al-‘Amal bi al-UsTurlab) diketahui bahwa buku ini menguraikan tentang satu alat astronomi bernama astrolabe (al-usturlab). Dalam karyanya ini Ibn as-Shaffar memformula ragam model-model astrolabe dan tata cara penggunaannya. Platon de Tivoli tahun 529 H/ 1134 M menerjemahkan buku ini kedalam bahasa Latin. Sementara pada abad 13 M, sepertiga akhir buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi. Penerjemahan ini tidak lain menunjukkan posisi penting dan urgensi buku ini.

***

Medan, 14 Jumadil awal 1434/ 27 Maret 2013

Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar

Sumber Foto : Dokumen Museum Astronomi Islam

2 Responses to “10 Literatur Penting Astronomi (Kategori “Turats”)”

  1. […] Turats (baca; kitab turats), merupakan peninggalan para ulama dan cendekia umat Islam terdahulu. Darinya, kita dapat memahami Aquran dan Sunah serta kondisi umat Islam,  khususnya bangsa Arab. tidak jauh dari masa Nabi Muhammad SAW. […]

  2. […] Turats (baca; kitab turats), merupakan peninggalan para ulama dan cendekia umat Islam terdahulu. Darinya, kita dapat memahami Aquran dan Sunah serta kondisi umat Islam,  khususnya bangsa Arab. tidak jauh dari masa Nabi Muhammad SAW. […]

Leave a Reply