
1991, Hisab dan Rukyat untuk Menentukan 1 Syawal 1411 H, artikel ini ditulis oleh Imam Mahdi Ridwan dan dimuat dalam harian Jawa Pos, 1991. Dalam tulisannya, Imam Mahdi menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam menetapkan awal Ramadan dan Syawal. Artikel ini juga dilengkapi hasil perhitungan falak dengan menggunakan markaz Tanjung Kodok, Lamongan- Jawa Timur.
1992, Rukyatul Hilal tentang Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal, buku ini ditulis oleh K.H. Moh. Rodli Shaleh dan diterbitkan Pustaka An-Nizomiyah Jakarta. Buku ini menjelaskan secara detail persoalan rukyat dan hisab perspektif fikih.
1993, ‘Ilm al-Falak fi al-Hadlarah al-’Arabiyyah wa al-Islamiyyah, buku ini ditulis oleh ‘Ali Abdullah ad-Difa’ salah seorang ahli falak dari Universitas al-Malik Fahd Riyad Saudi Arabia. Buku ini terdiri enam bab. Bab pertama menjelaskan tentang ilmu falak pada zaman Mesir Kuno, bab kedua menjelaskan tentang ilmu falak pada zaman Babilonia, bab ketiga menjelaskan ilmu falak pada zaman Yunani, bab empat menjelaskan ilmu falak pada zaman India, bab kelima menjelaskan ilmu falak di Arab, dan bab terakhir menjelaskan tokoh-tokoh ilmu falak yang terkenal, seperti al-Fajari, al-Farghani, al-Battani, Ibn Syathir, dan Ulugh Beik.
1993, Penyeragaman Kalender Islam Sebuah Harapan, artikel ini ditulis oleh Purwanto dan dimuat dalam majalah Risalah, No. 3/XXX/Juli 1993. Tulisan ini berusaha mengkaji persoalan Kalender Islam dan usaha-usaha yang dilakukan oleh International Islamic Calendar Programme (IICP) dalam merumuskan Kalender Islam Internasional. Menurutnya program penyatuan kalender Islam Internasional hendaknya didukung secara aktif oleh umat Islam. Karena Kalender Islam tidak hanya menghubungkan manusia dengan alam semesta namun juga menghubungkan manusia dengan sang khaliq.
1994, Rukyah dengan Teknologi, buku ini merupakan kumpulan makalah hasil Diskusi Panel “Teknologi Rukyah” oleh ICMI Orsat Kawasan PUSPIPTEK yang bekerjasama dengan Orsat Pasar Jumat dan sekitarnya. Penerbitan buku ini diharapkan dapat menyamakan pandangan dan tindakan dalam penentuan awal Ramadan dan Syawal dengan menggunakan teknologi. Buku ini diterbitkan oleh Gema Insani Press Jakarta.
1995, Kriteria Penampakan Hilal untuk Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal, artikel ini ditulis oleh Djoni N. Dawanas dan dimuat dalam harian Kompas pada hari Ahad, 29 Januari 1995. Menurutnya, yang paling bisa berperan dalam memecahkan masalah penampakan hilal ini, dan yang bisa menyalurkan berbagai pendapat mengenai penentuan awal bulan hijriah, terutama awal Ramadan dan Syawal adalah Departemen Agama. Oleh karena itu, Departemen Agama harus mulai mengorganisir penelitian menentukan kriteria penampakan hilal di Indonesia dengan melibatkan para ahli (ahli hisab, ahli rukyat, astronom). Jadi bukan hanya melalui seminar saja.
1996, 100 Masalah Hisab & Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Bagaimanakah prinsip hisab dan rukyat itu ? Cara apakah yang bisa ditempuh untuk menjembatani perbedaan diantara keduanya? Farid Ruskanda, pakar ICMI yang berkompeten dalam bidangnya, menjawab tuntas semua pertanyaan seputar hisab dan rukyat. Seluruh informasi dikemas dalam bentuk tanya jawab yang padat dan lugas. Buku ini diterbitkan oleh Gema Insani Press Jakarta.
1997, Ilmu al-Falak Safhat min Turath al-’Ilmiy al-’Arabiy wa al-Islamiy, buku ini merupakan karya Yahya Syami. Buku ini menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan ilmu falak dan sejarah perkembangan ilmu falak sejak nabi Idris sampai zaman keemasan Islam dengan menunjukkan karya Yunani yang mempengaruhi perkembangan ilmu falak di dunia Islam, seperti The Sphere of Movement karya Autolycus dan Mathematical Syintax (Almgesty) karya Ptolomeus.
1998, Perbedaan Penentuan Awal Syawal 1418 H, artikel ini ditulis oleh H. Asjmuni Abdurrahman dan dimuat dalam harian Kedaulatan Rakyat, Senin Legi 26 Januari 1998. Tulisan ini menjelaskan bahwa perbedaan penentuan awal bulan Ramadan maupun Syawal adalah karena perbedaan hasil penentuan hilal secara rukyat dan hisab, yaitu dua macam metode penentuan hilal yang memang dibenarkan oleh agama. Oleh karen itu, ia berharap sekiranya terjadi perbedaan tidak perlu menimbulkan konflik tapi harus saling memahami dan menghargai.
1999, Almanak Hisab Rukyat, buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama RI. Cetakan pertama diterbitkan pada tahun 1981 yang disusun oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Kehadiran buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang hisab dan rukyat dengan segala aspeknya, seperti objek, kegunaan, sejarah, aliran-aliran, ilmu bantu, dan dalil-dalil yang terkait dengan hisab dan rukyat. Selain itu, Almanak Hisab Rukyat juga memuat peta daerah waktu, rumus-rumus, dan istilah-istilah penting yang terkait dengan persoalan hisab rukyat.
2000, Fenomena Perbedaan Idul Fitri Masa Orde Baru Sebuah Survai Historis, artikel ini ditulis oleh Susiknan Azhari dan dimuat dalam Jurnal Profetika, Vol. 2, No. 1, Januari 2000. Artikel ini menjelaskan sejarah perbedaan Idul Fitri masa Orde Baru pasca hadirnya Badan Hisab Rukyat. Di antara lebaran kembar yang terjadi pada saat itu adalah tahun 1985, 1992, 1993, 1994, dan 1998. Menurutnya agar kebersaman dalam lebaran dapat diwujudkan sudah saatnya dilakukan kajian secara komprehensip untuk merumuskan Kalender Hijriah Nasional dalam bentuk perundang-undangan.
Sumber : Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. II, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.
Sumber Foto : Dokumen Museum Astronomi Islam